Minggu, 08 Desember 2019

UNSUR VISUAL DALAM KOSTUM TARI TOPENG




Dalam kostum tari topeng, ada beberapa unsur pokok yang harus digunakan olehpenarinya saat melakukan pertunjukan, yang terbagi atas bagian atas, tengah dan bawah, sebagai berikut:

Bagian atas, terdiri dari hiasan kepala, yaitu :
1.      Topeng
2.      Sobrah atau Tekes
Bagian tengah, terdiri dari aksesoris dan baju, yaitu :
1.      Kalung
2.      Kelat Bahu
3.      Sabuk
4.      Gelang
5.      Baju
Bagian bawah, terdiri dari :
1.      Ikat pinggang/sabuk
2.      Tutup rasa/katok
3.      Kain dodot
4.      Selendang/soder

Bagian Atas

Sobrah atau Tekes, terdiri atas susunan rambut manusia, berbentuk setengah lingkaran, dihiasi jamang dari kulit, di tengahnya digantungi dua bulatan tipis yang disebut picis. Penggunaan sobrah hanya dipakai pada karakter Panji, Pamindo, Rumyang dan Klana.

Bagian Tengah

Unsur visual yang ada pada bagian tengah adalah penutup tubuh berupa baju, krodong sebagai penutup punggung, dan aksesoris yang digunakan pada bagian leher, yaitu kalung, gelang tangan, tutup rasa yang berfungi sebagai ikat pinggang. Baju sebagai penutup tubuh, warna baju yang digunakan terbagi menjadi dua karakter, yaitu baju berwarna terang untuk karakter baik, dan warna gelap untuk karakter jahat.

 Bagian Bawah

Unsur visual pada bagian bawah adalah kain dodot sebagai penutup bagian bawah, celana sontog, yaitu celana sebatas lutut, dan soder atau sampur, yaitu kain yang diikatkan pada bagian pinggang dan dibiarkan lepas di bagian kiri dam kanan pinggang.


Makna Simbolis pada Kain Soder atau Sampur

Selendang yang diikatkan pada bagian pinggang dan dibiarkan menjuntai kearah bawah melewati batas mata kaki. Selain sebagai unsur keindahan, soder juga berperan dalam gerakan tari topeng, seperti gerakan sepak soder. Jenis kain yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan jenis kain yang dipakai atau warna kostum yang dikenakan para penari.

Penggunaan soder atau kain sebagai pelengkap dalam kegiatan tari telah ada sejak dari masa kerajaan Hindu-Budha. Hal ini terlihat dalam arca-arca serta relief yang ada pada beberapa panil di Borobudur yang memperlihatkan pengenaan kain sebagai salah satu pelengkap dalam kegiatan menari.

Makna Simbolis pada Hiasan Kepala, yaitu Sobrah

Bentuk hiasan pada kepala telah dikenal sejak masa kerajaan Hindu-Budha,yang menandakan tingkat kesucian dan atribut duniawi, yaitu penandaan atas keberadaan dirinya yang telah berada di dunia.Hal ini dengan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam seni pertunjukan tari topeng, yaitu gambaran siklus hidup manusia, serta tingkatan iman seorang manusia. Setiap bentuk bentuk yang mengarah ke atas disimbolkan sebagai jalan menuju ke arah atas atau ke arah Tuhan, sedangkan bentuk dari setengah lingkaran, tampaknya mengacu pula pada rotasi atau siklus perjalanan bulan.

Bulat atau lingkaran adalah sebuah bentuk yang tidak memiliki akhir, tidak memiliki awal, namun bentuknya berkelanjutan secara sempurna tanpa terputus. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa berubah, selain itu bentuk lingkaran ini diartikan pula sebagai citra dunia. Bentuk lingkaran juga ternyata memiliki makna yang universal, dimana bentuk yang mengandung unsur bulat atau lingkaran sering disimbolkan sebagai sesuatu yang bermakna dunia langit.

Pemaknaan pada bentuk dan simbol tersebut mengacu pula pada sistem perlambangan atau ikonografi yang berdasarkan filosofi ajaran Islam. Sebagai contoh bentuk bulat dan setengah bulatan, sebenarnya telah dikenal sejak jaman Rasul, yaitu berhubungan dengan sinar yang mampu menerangi malam hari,dan bentuk bulan identikkan dengan simbol dari penyebaran agama Islam.

Bentuk bulat dan setengah bulatan juga sering ditemukan dalam bentuk-bentuk kubah mesjid, dan disimbolkan sebagi lambing ketuhanan, atau lambang menuju kearah jalan Tuhan. Bentuk sobrah yang mengandung unsur setengah bulatan pada bagian kepala dapat dimaknai sebagai media atau jalan menuju ke arah atas, dan kepala adalah pusat dari kehidupan manusia. Dalam filosofi Islam, jalan menuju keatas adalah jalan menuju kebaikan, atau lambang dari kualitas iman yang mengarah pada surga.

Pemaknaan lain adalah, jika dari bentuk sobrah tersebut kita ambil garis terluarnya, maka kita akan melihat bentuk segitiga yang mengarah keatas. Penggunaan bentuk segitiga pun ternyata berkaitan erat dengan symbol Islam, walaupun sebenarnya bentuk segitiga tidak hanya digunakan oleh peradaban Islam, karena pada masa kebudayaan Mesir, simbol ini sering juga ditemukan pada beberapa artefak, di antaranya pada bangunan piramid.
Pada bagian belakang terdapat tiga buah titikyang membentuk segitiga, sedangkan pada bagian depan, titik tersebut tepat berada di bagiantengah kepala, yang artinya memusat.
Simbol yang terkandung dalam bentuk segitiga dapat ditinjau dari dua aspek filosofi agama, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kesenian topeng sebenarnya telah lahir sejak masa Hindu. Adanya transisi pada dua agama besar saat perkembangannya, setidaknya akan memberikan pula pengaruh kepada pemaknaannya,bahkan sering pula ditemukan makna yang sifat ganda.

Makna Simbolis pada Kain dalam TariTopeng

Makna simbolis pada kain berkaitan dengan peristiwa perkawinan dunia atas yang berasas perempuan dan dunia bawah yang berasas laki-laki. Peritiwa meleburnya dua semesta untuk melahirkan daya-daya transeden sebagai pembawa nila iberkah, dapat terjadi bila unsur paradoks bertemu dan saling melengkapi. Tari topeng sendiri berasas laki-laki, sedangkan ruh yang ada di dunia atas berasas perempuan.

Asas laki-laki dalam tari topeng terlihat daribentuk kain terbuka pada bagian depan dan memperlihatkan sebagian kaki, walaupun penarinya perempuan, tetapi cara berpakaiannya memperlihatkan sifat lelaki dan hal ini berkaitan pula dengan awal kelahiran tarian ini di masa Hindu, yang ditarikan para raja dihadapan permaisuri.
Dapat disimpulkan bahwa kain adalah symbol keagungan, kebesaran, kekuasaan dan kesucian. Hal ini juga menguatkan posisi senitopeng ini di kalangan masyarakat, bahwa yang menari dihadapan mereka adalah raja atau penguasa yang memiliki kekuatan untuk memberikan berkah dan keselamatan bagi hidup mereka, gambaran raja yang berperan sekaligus sebagai dewa, merupakan warisan dari konsep ajaran Hindu, sesuai dengan masa awal berkembangnya kesenian ini.

KESIMPULAN

Penggunaan sobrah atau hiasan kepala dapat dimaknai sebagai salah satu atribut yang dapat menghantarkan manusia untuk mencapai nilai yang suci, arah yang menyatukan alam rohani dan duniawi, serta gambaran tingkat hidup manusia. Sobrah ditempatkan di kepala karena kepala adalah pusat hidup dan posisi tertinggi dari manusia. Bentuk sobrah menjulang ke atas memiliki makna yang dalam, yaitu melambangkan keberadaan sesuatu yang suci, agung dan sakral.

Bentuk kain yang digunakan tidak mengalami perubahan yang berarti, karena tujuan dan makna yang terdapat dalam unsur tersebut adalah untuk menguatkan posisi penari topeng sebagai figur yang menggambarkanraja danpemimpin, baik di dunia maupun di alam surga. Hingga kini posisi penari topeng oleh masyarakat pendukungnya tetap dianggap sebagai orang yang memiliki kelebihan, terutama yang berkaitan dengan ritual-ritual untuk memohon berkah,

0 comments:

Posting Komentar