Rabu, 25 Desember 2019

TARI TOPENG CIREBON




Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk SubangIndramayuJatibarangMajalengkaLosari, dan Brebes. Disebut tari topeng karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.
Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongan topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.     Pertunjukkan Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :
  Topeng Babarang / Baragan                                                                                             Topeng Hajatan / Dinaan                                                                                                 Topeng Ngunjung                                                                                                            Topeng Kuputarung      
Topeng Priangan : topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan).
Susunan penyajian
1.         Tari Topeng Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu :

Ø  Panji : dilakukan pada bagian pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna putih.
Ø  Pamindo/Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika. Ø  Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink). Ø  Tumenggung/Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis. Ø  Kelana/Rowana: menggambarkan personalitas raja yang gagah dan angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan. Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota susun emas. Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan dayun.

2.         Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :

Ø   Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.
Ø   Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.
Ø   Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar

Tari Topeng Cirebon Tari topeng  Cirebon pada dasarnya merupakan seni tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu pementasannya. Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang Hyang Tunggal ini memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan dan laut. Dalam tarian ini digambarkan lewat tari Panji, yakni tarian yang pertama. Empat tarian sisanya adalah perwujudan emanasi dari Hyang Tunggal tadi. Sang Hyang Tunggal membagi diriNya ke dalam dua pasangan yang saling bertentangan, yakni “Pamindo-Rumyang”, dan “Patih-Klana”.

Inilah sebabnya kedok “Pamindo-Rumyang” berwarna cerah, sedangkan “Patih-Klana” berwarna gelap (merah tua). Tari topeng cirebon sendiri dapat digolongkan ke dalam lima karakter pokok topeng yang berbeda yaitu :

·         Topeng Panji. Digambarkan sebagai sosok manusia yang baru lahir, penuh dengan kesucian, gerakannya halus dan lembut. Tarian ini bagi beberapa pengamat tarian merupakan gabungan dari hakiki gerak dan hakiki diam dalam sebuah filosofi tarian.
·         Topeng Samba, menggambarkan fase ketika manusia mulai memasuki dunia kanak-kanak, digambarkan dengan gerakan yang luwes, lincah dan lucu.  
·         Topeng Rumyang merupakan gambaran dari fase kehidupan remaja pada masa akhil balig
·         Topeng Tumenggung, gambaran dari kedewasaan seorang manusia, penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok prajurit yang tegas, penuh dedikasi, dan loyalitas seperti pahlawan
·         Topeng  Kelana/Rahwana merupakan visualisasi dari watak manusia yang serakah, penuh amarah, dan ambisi. Sifat inilah yang merupakan sisi lain dari diri manusia, sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri manusia. Gerakan topeng Kelana begitu tegas, penuh dengan ambisi layaknya sosok raja yang haus ambisi duniawi.

Kelima karakter tari topeng Cirebon bila dikaitkan dengan pendekatan ajaran agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut Topeng Panji merupakan akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada satu yang Esa atau dengan kata lain Tiada Tuhan selain Allah SWT.  Topeng Samba Berasal dari kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap. Maknanya bahwa setiap waktu kita diwajibkan mengerjakan segala Perintah- NYA.  Topeng Rumyang. Berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan). Maknanya bahwa kita senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Do’a dan dzikir Topeng Temenggung. Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh Topeng Klana. Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar.

 FUNGSI TARI TOPENG CIREBON
Tari Topeng Cirebon memang difungsikan oleh Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon, sehingga karakter dan gerakan setiap topeng memiliki nilai filsafat yang menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa.



PEMENTASAN TARI TOPENG
Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mendeskripsikan bahwa kesenian topeng Cirebon merupakan penjabaran dari cerita Panji dimana dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri dari dalang (yang menarasikan kisahnya) dan enam orang pemuda yang mementaskannya diiringi oleh empat orang musisi gamelan (bahasa CirebonWiyaga)[1]

TEMPAT PAGELARAN
Tari Topeng Cirebon pada zaman dahulu biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran yang terbuka berbentuk setengah lingkaran, misalnya di halaman rumah, di blandongan (bahasa Indonesia: tenda pesta) atau di bale (bahasa Indonesia: panggung) dengan obor sebagai penerangannya, tetapi dengan berkembangnya zaman dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern juga dipertunjukan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya




TUJUAN PAGELARAN
Tujuan diselenggarakan suatu pagelaran tari Topeng Cirebon secara garis besar dibagi kedalam tiga tujuan utama yaitu :
·         Pagelaran komunal, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk kepentingan bersama masyarakat, sehingga hampir seluruh masyarakat ditempat tersebut berpartisipasi dalam pagelaran ini, acara yang dipertunjukan pun sangat spektakuler dengan adanya arak-arakan dalang, atraksi seni dan sebagainya serta digelar lebih dari satu malam, contoh dari pagelaran komunal diantaranya adalah hajatan desa, ngarot kasinoman (acara kepemudaan), ngunjungan (ziarah kubur)
  • Pagelaran individual, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk memeriahkan hajatan perorangan, contohnya adalah pernikahan, khitanan atau khaulan (bahasa Indonesia: melaksanakan nazar atau janji)
  • Pagelaran bebarangan, merupakan acara pagelaran keliling kampung yang inisiatifnya datang dari dalang topeng itu sendiri, bebarangan biasanya dilakukan oleh dalang topeng ke wilayah-wilayah desa yang sudah panen, wilayah desa yang ramai atau datang ke berkeliling di kota dikarenakan desanya belum panen, sedang mengalami kekeringan atau sedang sepi penduduknya.


STRUKTUR PAGELARAN
Struktur pagelaran dalam tari Topeng Cirebon bergantung pada kemampuan rombogan, fasilitas gong yang tersedia, jenis penyajian topeng dan lakon (bahasa Indonesia: cerita) yang dibawakannya. Secara umum, struktur pertunjukan tari Topeng Cirebon dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
·         Topeng alit, memiliki struktur yang minimalis baik dari segi dalang, peralatan, kru dan sajiannya. Jumlah rata-rata kru dalam struktur pagelaran topeng alit biasanya hanya terdiri dari lima sampai tujuh orang yang kesemuanya bersifat multi peran, dalam artian tidak hanya seorang dalang Topeng saja yang membawakan babak topeng, tetapi para wiyaganya juga ikut membantu dengan memberikan guyonan-guyonan ringan. Dialog dalam topeng alit dilakukan secara spontan berdasarkan situasi yang ada.
·         Topeng gede, memiliki struktur yang lebih besar dan baku jika dibandingkan dari penyajian topeng alit. Hal tersebut dikarenakan topeng gede merupakan bentuk penyempurnaan dari topeng alit, struktur topeng besar diantaranya, adanya musik pengiring (bahasa Cirebontetaluan) yang lengkap, adanya lima babak tarian yang berurutan seperti panji, samba, rumyang, tumenggung dan klana, adanya lakonan serta jantuk (bahasa Indonesia: nasihat) yang diberikan pada akhir pagelaran topeng gede[


0 comments:

Posting Komentar