Selasa, 17 Desember 2019

JENIS TARI TOPENG CIREBON


Tari topeng Cirebon di kenal memiliki ragam jenis tari yang berbeda, hal ini di kenal dengan nama topeng panca wanda atau bisa di sebut  topeng lima rupa. Masing-masing  dari ekspresi dan bentuk dari topeng terebut memiliki filosofi nya tersendiri.  Semua jenis topeng ini akan di kenakan pada saat pementasan tari topeng Cirebon yang di iringi dengan gamelan. Topeng Cirebon yang paling pokok ada lima yaitu:

PANJI “wajahnya yang putih bersih melambangkan kesucian bayi yang baru lahir. Tari topeng ini berkarakter halus. Ditampilkan pada kesempatan pertama. Menurut mereka, Panji berasal dari kata siji (satu, atau pertama), mapan sing siji (percaya kepada Yang Satu). Gerak tarinya senantiasa kecil dan lembut, minimalis dan lebih banyak diam. Kata Mutinah (dalang topeng asal Gegesik, Cirebon), menarikan topeng Panji itu kaya wong urip tapi mati, mati tapi urip.
Ungkapan tersebut adalah untuk menjelas kan, bahwa topeng Panji itu memang tidak banyak gerak, seperti orang yang mati tapi hidup, hidup tapi mati. Koreografi nya lebih banyak diam, dan inilah sebagai salah satu hal yang menyebab kan tari ini kurang disukai oleh penonton, terutama penonton awam. Tari ini diiringi oleh beberapa lagu yang terangkai menjadi satu struktur musik yang panjang dan sulit. Lagu pokok nya disebut Kembang Sungsang yang dilanjut kan dengan lagu lontang gede, oet-oetan, dan pamindo deder. Kecuali di Losari, para dalang topeng Cirebon pada umum nya tidak mengaitkan tarian nya dengan tokoh Panji seperti dalam cerita Panji. Artinya, nama tari tersebut bukan sebagai gambaran tokoh Panji.
Kata Panji hanya dipinjam untuk menyatakan salah satu karakter tari yang halus, yang secara kebetulan karakter nya sama tokoh Panji. Berbeda dengan di Losari, dan sepanjang yang diketahui saat ini, topeng di daerah ini adalah satu-satunya gaya yang tidak menampilkan kedok Panji sebagai tari yang ditampilkan pada bagian pertama (babakan). Gaya ini tidak sebagaimana lazimnya tari topeng di daerah lain. Kedok Panji justru ditarikan dalam sebuah lakonan dan penarinya benar-benar memerankan tokoh Panji.”
            Samba (Pamindo), topeng anak-anak yang berwajah ceria, lucu, dan lincah. Kata Pamindo, di kalangan seniman topeng Cirebon, berasal dari kata pindo, artinya kedua. Kata pindo, umumnya sangat berkaitan dengan urutan penyajian topeng Cirebon itu sendiri, yang artinya juga sama dengan penyajian tari bagian (babak) kedua. Akan tetapi, khusus untuk topeng gaya Losari, tarian tersebut justru ditarikan pada bagian pertama dan digambarkan sebagai tokoh Panji Sutrawinangun.
Dalam gaya topeng Losari memang tidak di kenal ada nya tari topeng Panji secara khusus, karena topeng Panji ditarikan dalam topeng lakonan. Karakter tari topeng tersebut adalah genit atau ganjen (bhs. Jw. Cirebon),  sama dengan karakter tokoh Samba dalam cerita wayang Purwa. Oleh sebab itu, tari ini juga sering di sebut dengan topeng Samba. Gerakan nya gesit dan menggambar kan seseorang yang tengah beranjak dewasa, periang, dan penuh suka cita. Itulah sebabnya, mengapa gerakan tari topeng ini seperti kesusu (terburu-buru), mirip dengan perilaku dan kehidupan seorang anak muda.
Rumyang, wajahnya menggambar kan seorang remaja. Topeng Rumyang menggambar kan seseorang yang penuh kehati-hatian, dan terkesan seperti ragu-ragu. Ia bak seorang manusia yang perilaku dan tindak-tanduknya penuh pertimbangan. Ini gambaran seorang manusia yang sudah mulai mengenal kehidupan. Lagu penging nya sesuai dengan nama tarinya, rumyang atau kembang kapas.Topeng Rumyang sewanda dengan topeng Pamindo, bahkan dianggap sebagai kelanjutan dari topeng tersebut. Sebagian daerah menampilkan nya pada bagian ketiga, namun sebagain daerah lagi menampil kan nya pada bagian akhir.
Perbedaan penampilan ini boleh jadi di pengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, jika topeng tersebut ditampil kan pada bagian ketiga, berkaitan dengan gambaran siklus kehidupan manusia, dan kedua berkaitan dengan pengaruh wayang kulit atau karena pertunju kan topeng itu di laksanakan pada malam hari. Perlu di ketahui bahwa, akhir pertunjukan wayang kulit Cirebon biasanya di tandai dengan lagu rumyang. Karena itulah, mengapa topeng Rumyang itu di akhirkan.
 Patih (Tumenggung), topeng ini menggambar kan orang dewasa yang berwajah tegas, ber kepribadian, serta bertanggung jawab. Tari Topeng Patih yang merupakan tarian pembuka pertunjukan dramatari wayang Topeng Malang memiliki hubungan erat dengan struktur pertunjukan berkaitan dengan ruang, waktu dan isi. Untuk  itu pendekatan teoritis strukturalis simbolis menjadi strategi pilihan guna memahami makna simbol yang terdapat di dalam nya. Hasil nya menunjukkan bahwa struktur koreografi Tari Topeng atih terdiri dari tujuh unsur, yaitu unsur penokohan, unsur ritual, unsur komunikasi,unsur  gerak tari, unsur tata rias dan busana, unsur  musik pengiring dan unsur panggung pertunjukan yang kesemuanya mengarahkan pada perilaku budi luhur.
Kelana (Rahwana), topeng yang menggambar kan seseorang yang sedang marah. Tari topeng Klana  adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendali kan hawa nafsu, namun tarinya justru paling banyak disenangi oleh penonton. Sebagian dari gerak tarinya menggambar kan seseorang yang tengah marah, mabuk, gandrung, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.
Lagu pengiring nya adalah Gonjing yang di lanjutkan dengan Sarung Ilang.  Struktur tari nya seperti halnya topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagian ngedok (tari yang memakai kedok). Beberapa dalang topeng, misalnya Rasinah dan Menor (Carni), membagi tarian ini menjadi dua bagian. Bagian  pertama, adalah tari topeng Klana yang di iringi dengan lagu Gonjing dan sarung Ilang. Bagian kedua, adalah Klana Udeng yang diiringi lagu Dermayonan. Tari topeng Klana sering pula disebut topeng Rowana. Sebutan itu mengacu pada salah satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni tokoh Rahwana.
Secara kebetulan, karakter nya sama persis dengan tokoh Klana dalam cerita Panji. Di Cirebon, topeng Klana dan Rowana kadang-kadang di artikan sebagai tarian yang sama, namun bagi beberapa dalang topeng, misal nya Sujana dan Keni dari Slangit; Sutini dari Kalianyar dan Tumus dari Kreo; membedakan kedua tarian tersebut, hanya kedoknya saja yang sama.
Jika kedok Klana yang di tarikan itu memakai kostum irah-irahan atau makuta Rahwana di bagian kepala nya dan di bagian punggung nya memakai badong atau praba, maka itulah yang di sebut topeng Rowana. Kostum nya jauh berbeda dengan topeng Klana dan kelihatan sangat mirip dengan kostum tokoh Rahwana dalam wayang wong. Menurut Hasan Nawi, salah seorang pengrajin topeng Cirebon dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia seperti mengena kan topeng, misal nya saja pada saat marah seperti sudah mengganti topeng berwajah ceria dengan topeng kemarahan. Kalau ada orang dewasa yang sikapnya kekanak-kanakan maka ia seperti sedang mengganti topeng dewasa nya dengan topeng anak-anak.





0 comments:

Posting Komentar