Kamis, 16 Januari 2020

8 Tarian Tradisional Dari Aceh Yang Paling Terkenal

8  Tarian Tradisional Dari Aceh Yang Paling Terkenal

Masih ingat dengan daerah yang pernah diperbaiki Tsunami besar di tahun 2004? Ya, provinsi mana lagi jika bukan Banda Aceh? Ngomong-ngomong tentang provinsi ini  kita akan membahas 8 ragam seni tari yang ada di banda aceh lho sob giamana?  kerennya lagi… salah satu seni tarinya sudah ditingkatkan oleh UNESCO. Kok bisa ya? Menurut beberapa sumber, ada 3 kelebihan yang bisa dibanggakan dari provinsi Banda Aceh. Salah satunya Aceh sangat menyukai budaya para leluhurnya. Pantas saja jika tari Saman benar-benar dijaga nilai budayanya.
Difikir-fikir, cemburu juga ... Kenapa ga semua orang Indonesia punya sifat seperti itu? Biar budaya kita benar-benar selesai tanpa ada campuran sana-sini. Simak lebih lanjut yu…
8 Tarian Tradisional yang Berasal Dari Aceh:

1. Tari Saman

Tari Saman, tarian tradisional ini dulunya adalah tarian suku Gayo, dimana ras ini sebagai ras setuju di Pesisir Aceh saat masa itu.
Saat ini menari sebagai media untuk mempromosikan agama Islam. Sekarang, menari ini mendukung hiburan dan sering dibawakan untuk mengisi festival kesenian dimancanegara.
Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang lebih penting harus ganjil. Tapi ngomong-ngomong tentang Tari Saman, saya pernah membaca didunia maya pernah terjadi kontroversi tentang menari ini.
Salah seorang netizen mengatakan jika tarian ini dikhususkan untuk laki-laki, karena tubuh wanita sangat lemah untuk menerima gerakan tari saman. Wajar saja, gerakan dalam tari saman ada seperti gerak guncang, lingang, surang-saring, dan kirep. Walau pada dasarnya, gerakannya mengandung tepuk dada dan tepuk tangan.
Dalam tarian ini, semua penari bergerak dengan sangat kompak, gerakan yang ditentukan klimaks dari semua gerakan kompas penari-penari yang diangkat ke langit, dan memegang tangan dibantu. Saya fikir gerakan itu seperti ombak. Dimana sebagian besar penari menunduk, sebagian lagi seolah menegadah kebelakang, sebagian lagi diangkat tangan.
Kostum yang digunakan dalam tari saman adalah kostum suku Gayo, dan dikendalikan oleh penari tengah. Tari saman tidak menggunakan alat musik lain, mereka menggunakan bunyi suara yang dihasilkan dari tepukan tangan.
Pantas saja, menari ini masuk ke daftar UNESCO. Dan sejak diperbolehkan, tari saman tidak diizinkan ditarikan oleh perempuan, kostum yang digunakan pun tidak sembarangan dan bahasa yang digunakan pun harus bahasa Gayo.




2. Tari Laweut Aceh

Tarian tradisional selanjutnya adalah tari laweut, kata 'laweut' diterima dari shalawat atau pujian pada Nabi Muhammad SAW. Ini berasal dari Kab. Pidie, Aceh. Tari Dulunya ini disebut tari seudati.
Tarian ini, biasanya ditarikan oleh 8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-syairnya yang dilantunkan membentuk ayat-ayat Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian ini, hampir sama dengan tari saman, bedanya mereka menarikan sepenuhnya berdiri. Jika saya melihat ini sangat sepi. Karena tidak ada iringan musik.
Masih sangat berkesan tradisional , suara yang dihasilkan dari tepukan tangan para penari dianggap musik pengiring. Tapi saya pribadi sih, berfikir jika saja memasukan alat musik rebana ke dalam tarian tersebut, pasti akan lebih rame



3. Tari Tarek Pukat

Tari ini sangat unik karena dilihat akitifitas nelayan yang akan ditangkap ikan.
Sejarahnya menari terinspirasi dari tradisi perikanan. Wajar saja, karena masyarakat Aceh sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.
Saat memilih ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.
Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan kebersamaan. Musiknya pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum busana tradisional khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya, hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan kekiri, masing-masing tali akan bertemu di sebelah teman, lalu dilepas, dan dililitkan lagi, hingga pada ujungnya tali itu akan membentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung di dalamnya. Saat ini, menari ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan tertentu.


4. Tari Bines


Ini berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Dapat ditarikan oleh kelompok perempuan.
Jumlah penari Bines diharuskan mengatur genap, entah 10, 12 atau berapapun (tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan lambat sampai gerakan cepat sampai akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip dengan menari saman. Ditempatkannya saja, bagian dari tari saman.
Uniknya jika kamu ingin memberikan uang pada penari, kamu harus menyimpan uangmu di atas kepala penari. Uang yang dianggap sebagai ganti bunga yang diberikan dari penari (biasanya ada di akhir acara).
Kostum yang digunakan di sini, baju lukup, kain sarung seragam, kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang.
Lagu yang dilantunkan di tari ini adalah jangin bines.



5. Tari Didong
Menurut Wikipedia, Didong adalah kesenian yang menyatukan beberapa tidak seperti tari, vokal dan sastra.
Awal-awalnya tarian ini muncul kompilasi salah seorang seniman bernama Abdul Kadir To'et yang peduli dengan kesenian ini. Saat ini kesenian ini digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Kata Didong pun mengandung arti 'nyanyian sambil bekerja', ada pun yang mendapat didong dari suara musik yang seolah-olah mengatakan 'din' dan 'dong.
Gerakan menari ini, duduk dan bermain dengan kedua tangan. Sampai mereka menyanyikan lagu, dan menendangkan tangan dengan ketukan yang berbeda seperti tari kecak . Tarian ini tidak menggunakan alat musik latar, karena penarinya akan mengeluarkan nada-nada seperti musik dari mulutnya.
Dapat menari ini dipentaskan jika ada acara keagamaan, dan sebagai ajang hiburan saja.



6. Rapai Geleng
Tarian ini berasal dari Manggeng, salah satu daerah di Aceh Selatan. Dikembangkan oleh seorang anonim. Biasanya menari ini dibawakan oleh laki-laki.
Dari syairnya menari ini dikembangkan untuk menanamkan nilai moral pada masyarakat , dan pertama kali menari ini dikembangkan berawal dari tahun 1965 di mana menari ini menjadi sebuah sarana dakwah. Hingga akhirnya menarik minat para penonton.
Biasanya syairnya di ambil dari lagu-lagu religius. Geleng sini, mengartikan gerakan penari yang menggelengkan geleng untuk ke kanan dan kekiri. Gerakannya sangat berirama dan mengutamakan kekompakan.
Kata 'Rapai' sendiri berasal dari alat musik yang mirip dengan gendang yang digunakan oleh penari. Sekarang dikenal sebagai sebutan 'rebana'.




7. Tari Ula ula lembing

Kesan pertama kompilasi saya mendengarkan lagu hiasan ini, saya suka mendengarkan lagu Arab.
Kalau tidak ada yang menyanyikannya mungkin aku terkecoh dengan musik latarnya , dari sekian video yang aku liat, penyanyi dan musik latarnya masih itu-itu juga.
Bentuk kerudung penarinya pun berbeda, ada yang menggerai seperti jilbab, ada juga yang seperti ciput. Saya tidak tau apakah ini memang dari sananya begini apa yang dibuat biar ada keaneka ragam bentuk kerudung. Namun bila saya liat vidio yang lain, ternyata kerudungnya mirip. Tapi ... bukan masalah.
Tari ini salah satu tarian yang langka wancana, beberapa sumber lain sangat singkat dan lengkap penjelasan tentang menari ini.
Usut punya usut, malah menari ini hampir dan bahkan pudar termakan zaman, padahal menari ini adalah tarian yang bernuansa bahagia. Dulu, digunakan untuk ritual adat dan acara pernikahan.


8. Tari Ratoh Duek Aceh

Kata ratoh diambil dari bahasa Arab yang berarti Rateb, dan kata 'duek' diterjemahkan dari bahasa Aceh sendiri yang artinya duduk. Tarian ini pun kadang disebut dengan ratoh jaroe.
Disini kamu akan menemukan penari wanita yang dapat 10 atau lebih, dengan 2 orang syahie atau penyanyi. Tarian ini menggambarkan makna yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Kekompakan, keselarasan, sifat optimis, dan tegas. Hal ini terlihat dari harmoni para penari yang bertepuk tangan sesuai irama.
Gerakan tari ini hampir sama dengan tari saman, tapi bukan berarti tari KW-an. Karena Setelah Tari Saman diterima UNESCO sebagai Budaya Warisan Manusia, sejak itu pula tari saman tidak diizinkan diterima oleh wanita.
Bagaimana nasib para penari wanita yang dulunya menarikan tari saman?
Nah, disni mereka mengalihkan diri sebagai tari Ratoh Duek. Namun, banyak orang yang mengira ini adalah tari saman. Suku Gayo tidak mau merusak budayanya. Mereka ingin masyarakat Aceh membuat tariannya sendiri dengan mengungkap sendiri tanpa mengubah adat sesepuh (tari saman).
Lahirlah Tari Ratoh Duek yang jumlah penarinya harus genap, sedangkan tari saman harus ganjil. Ratoh Duek menggunakan tarian tradisional Aceh dan menggunakan Aceh, berbeda dengan tari saman yang menggunakan bahasa Gayo. Alat musik ratoh duek pun menggunakan rebana.

0 comments:

Posting Komentar