Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan
Musik pengiring
Musik pengiring yang digunakan pada pagelaran tari Topeng
Cirebon gaya Palimanan diantaranya adalah ;
·
Kembang sungsang, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Panji
·
Gaya-gaya, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Samba,
kata Gaya-gaya diambil dari gerakan watak Samba yang lincah dan banyak tingkah.
·
Malang totog, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Tumenggung.
kata Malang totog berarti Belalang yang sedang menotog yang
diambil dari ekspresi dalam gerakan dalang Topeng yang sedang meniru
gerakan Malang (bahasa Indonesia: Belalang) tersebut, Malang
totog sebenarnya adalah nama asli dari tetaluan (tabuhan
gamelan) yang mengiringi babak Topeng Tumenggung namun
sekarang banyak yang mengenalnya denga nama tetaluan Tumenggung mengikuti
nama babak Tumenggung yang sedang dipentaskan.
·
Bendrong, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Jingga
Anom dan babak akhir yaitu Klana Udeng
·
Gonjing, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Klana
·
Kembang kapas, merupakan tetaluan (tabuhan
gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Rumyang
Tetaluan yang
dibawakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan kurang lebih
memiliki kesamaan dengan yang ada pada gaya Gegesik yaitu dengan
dimainkannya tetaluan Kembang Sungsang, Kembang
Kapas dan Gonjing, kesamaan pada gaya Losari bisa dilihat
dari dimainkannya tetaluan Bendrong pada babak Jingga
Anom, kedekatan ini kemungkinan terjadi karena menurut penuturan para budayawan
dahulu, sesepuh tari Topeng Cirebon gaya Palimanan berasal dari wilayah
timur kabupaten Cirebon tepatnya
di wilayah kecamatan Astana Japura, kabupaten
Cirebon
Babak tarian
Babak tarian yang
dibawakan pada gaya Palimanan hampir serupa dengan yang ada pada gaya Beber dan
Randegan namun dengan penambahan babak Klana Udeng sebagai
akhir dari pagelarannya.
·
Panji, gerakannya sangat menghayati
diam namun penuh arti, sunyi ing raga, ngaji diri (bahasa
Indonesia: menyepi diam dan mendekatkan diri) terhadap allah swt, babak ini
dalam gaya Palimanan melambangkan jiwa yangg bersih suci tanpa dosa seperti
bayi yang baru lahir.
·
Samba, gerakannya sangat lincah
merefleksikan anak balita yang sangat lincah dan senang bermain.
·
Tumenggung, menggambarkan jiwa yang
mulai dewasa dengan ditandai tumbuh kumis tipis pada topeng tumenggung yang
merefleksikan sudah dimilikinya tanggung jawab dalam kehidupan.
·
Jingga anom, babak pementasan
seperti teater yang menceritakan tokoh Jingga Anom.
·
Klana, merefleksikan sekumpulan
puncak jiwa amarah murka dari topeng Panji, Samba, Tumenggung, Jingga Anom yang
menjelma jadi satu menjadi angkra murka
·
Rumyang, babak Rumyang
ini menandai sudah terlepasnya hawa nafsu duniawi, dipentaskan saat terbitnya
matahari, saat sinar sudah terlihat samar-samar (bahasa
Cirebon: ramyang-ramyang), babak ini
dalam gaya Palimanan diterjemahkan sebagai penemuan jati diri yang
sesungguhnya jatiningsun ing gusti (bahasa Indonesia: diri ini
berserah kepada Allah swt), memproyeksikan jiwa yang centil dan ganjen
(bahasa Indonesia: mencari perhatian) (dalam arti ganjen terhadap
Allah swt) ganjen berlomba-lomba menuntut dan mentaati
peraturan Allah swt serta mulai memandang dunia yang arum (bahasa
Indonesia: harum) yaitu alam akhirat
·
Klana udeng, gerak tarinya perpaduan
semua gerak tari lima wanda (babak Topeng) namun dengan menambahkan
gerakan yang belum sempat ditarikan di topeng lima wanda tersebut, babak
Klana Udeng dipentaskan dengan tidak menggunakan sobra namun
dengan menggunakan Udeng (bahasa Indonesia: iket kepala)
Selain lima babak yang ada biasa ditampilkan, menurut Ki Waryo
(maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada masa lalu di dalam gaya
Palimanan juga dipentaskan tarian Ratu Kencana Wungu yang dibuktikan dengan
keberadaan topeng ini yang tersimpan pada dalang tari Topeng Cirebon gaya
Palimanan
Gerakan
tari
Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan memiliki ciri khas pada berbagai macam posisi berdiri
yang diciptakan oleh dalang Wentar, posisi-posisi tersebut disesuaikan dengan
postur tubuh dan kepantasan penarinya, ditambah dengan penafsiran yang berbeda
dalam meresapi watak dalam cerita topeng, membuat gerakan tarian Topeng gaya
Palimanan ini berbeda.
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Palimanan
Para dalang tari Topeng Cirebon gaya Palimanan sebagian
besar merupakan keturunan dari dalang Wentar, Ki Dalang Wentar
mempunya beberapa orang anak diantaranya Mimi Mini, Mimi Ami, Ki Dalang Saca,
Mimi Nesih dan Mimi Soedji, di antara keturunan dari Wentar yang terkenal
adalah Tursini anak dari dalang Soedji seorang maestro tari Topeng Cirebon gaya
Palimanan. Beberapa keturunan dalang Wentar tidak hanya berdiam di kecamatan Palimanan saja.
namun menyebar ke wilayah lainnya terutama kabupaten Majalengka. Dalang Sukarta yang kini tinggal di desa Bongas, kecamatan Sumber Jaya, kabupaten Majalengka, merupakan salah satunya, dalang Sukarta merupakan
keturunan Ki Wentar dari jalur Mimi Mini, anak Mimi Mini yaitu
Mimi Ina yang kemudian menikah dengan Ki dalang Entang
dari desa Balad, kecamatan Dukupuntang, kabupaten
Cirebon merupakan ibu dan ayahnya,
sehingga Ki Dalang Sukarta sekaligus menjadi cucu bagi Ki dalang
Saca (anak dalang Wentar) dan dalang Soedji yang merupakan saudara neneknya
yaitu dalang Mini. dalang lain yang terkenal dari gaya Palimanan adalah Ki dalang
Ade Irfan.
Sanggar
seni
o
Sanggar Seni Panggelar Budi,
pimpinan Ki dalang Sukarta, Gedung Rumah Budaya jalan raya
Cirebon – Bandung kawasan PT Indocement, desa Palimanan barat, kecamatan
Gempol, kabupaten
Cirebon. telp. +62-813-8095-8012 (Ki dalang
Sukarta)
- Sanggar
Cipta Bagus Winangun, dibina oleh Ki Dalang Ade Irfan dan
Tessar Ibrahim, bertempat di blok Kebagusan, desa Siti Winangun, kecamatan
Jamblang, kabupaten Cirebon. Telp. +62 813-1132-6106 (Ki Dalang Ade
Irfan) +62 878-2697-5428 (Dalang Tessar Ibrahim)
Tari
Topeng Cirebon gaya Pekandangan
Tari Topeng Cirebon gaya Pekandangan merupakan sebuah gaya tari Topeng Cirebon yang
berkembang di wilayah desa Pekandangan, kecamatan Indramayu, kabupaten Indramayu,
gaya Pekandangan merupakan salah satu dari sedikit gaya tari Topeng Cirebon
yang ada di Indramayu selain gaya Tambi yang lestarikan oleh mimi Wangi
Indriya.
Babak tarian
Pembagian babak pada tari topeng Cirebon
gaya Pekandangan menurut Riyani didasarkan pada interpretasi dari gambaran nafsu
manusia.
·
Panji
·
Samba (bertopeng putih)
·
Samba (bertopeng merah)
·
Patih
·
Klana
Riyani menjelaskan bahwa babak topeng
Panji, Samba dan Patih merupakan sebuah interpretasi dari kesempurnaan manusia
jika ditelaah dalam sudut pandang jiwa manusia sedangkan babak topeng
Klana merupakan sebuah proyeksi dari gambaran jasmani seorang manusia yang
masih mempunyai berbagai nafsu duniawi.
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Pekandangan
Dalang topeng gaya Pekandangan yang terkenal adalah mimi (bahasa
Indonesia: ibu) Rasinah anak
dari Ki Dalang Lastra dan ibunya seorang dalang ronggeng,
menurut Ki Waryo budayawan Cirebon, mimi Rasinah
merupakan salah satu maestro tari Topeng Cirebon yang banyak menimba ilmu dari
para seniornya terdahulu seperti dari mimi' Soedji (maestro tari Topeng
Cirebon gaya Palimanan), kini setelah meninggalnya mimi Rasinah,
pelestarian tari Topeng Cirebon gaya Pekandangan dilanjutkan oleh para
muridnya, salah satunya adalah Aerli yang juga keturunannya.
Pada awalnya keluarga besar Ki dalang
Lastra mengalami kesulitan besar ketika hendak mengembangkan tari topeng
Cirebon gaya Pekandangan, kesulitan itu muncul dari penjajah yang berfikir
bahwa aktivitas pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Pekandangan yang dilakukan
oleh Ki Lastra merupakan sebuah aktivitas mata-mata oleh
pejuang Republik Indonesia. Pada zaman penjajahan Jepang, kelompok tari yang
dipimpin oleh Ki Lastra dibekukan hingga selanjutnya pada masa
agresi militer Belanda, Ki Lastra tewas ditembak tentara
Belanda dengan tuduhan yang sama dengan sebelumnya yaitu melakukan aktivitas
mata-mata untuk Republik Indonesia.
Usaha melestarikan gaya Pekandangan oleh keluarga
besar Mimi Rasinah membuahkan hasil dengan dipentaskannya pagelaran tari
Topeng yang berjudul Napak Tilas Sang Maestro Tari Topeng Pekandangan: Mimi
Rasinah di teater terbuka balai pengelolaan taman budaya Jawa
Barat pada maret 2014 yang
diperagakan oleh ratusan dalang topeng gaya Pekandangan dari berbagai usia dan
dihadiri oleh para peminat seni termasuk para murid mimi Rasinah
dari berbagai Negara.
0 comments:
Posting Komentar