1.Topeng Cirebon
Penduduk desa yang tersebar di
sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya.Penduduk desa ini adalah
juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yang dahulumemeliharanya.
Penari-penari dan penabuh gamelan Keraton pada jaman penjajahanBelanda mata
pencaharian semakin sulit sehingga harus mencari sumber hidupnya di
rakyatpedesaan.
Topeng Cirebon yang semula
berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani
pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat
mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan
keadaannya yang sekarang, yakni
berkembangnya berbagai “gaya” Topeng Cirebon, seperti
Losari, Selangit, Kreo,
Palimanan serta berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan antara lain :
Klangenan, Plumbon serta Arjawinangun, sedangkan di Kota Cirebon sendiri sudah tergeserkan
oleh kesenian yang lebih modern. Namun demikian masih terlihat adanya kultur Kraton
yang mengajarkan adab kebangsawanan dalam pementasannya yang berbaur dengan
kultur rakyat yang sederhana dilihat dari pakaian yang dikenakan para
penarinya.
Dalam pengangkatan cerita
dalam pementasan adalah cerita Panji dalam lima siklus karakter
kehidupan, antara lain :
1. Panji
–tahap kelahiran,
2. Samba ( Pamindo )
–tahap kanak-kanak,
3. Rumyang
–tahap dewasa,
4. Tumenggung ( Patih )
–tahap memperoleh
kedudukan dalam masyarakat,
5. Ruwana ( Rahwana ) dan Klana
–tahap manusia yang telah
dikuasai berbagai nafsu.
Dalam pengangkatan
karakter topeng sangat terekpresi oleh
pola-pola gerakan tubuh para penari, sehingga tari topeng Cirebon ini sangat indah
dalam pementasannya.
2.Topeng Jogja
Dalam pagelaran Wayang Wong
yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 1755-1792 ) dalam pengekspresian
karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan raksasa dalam
pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan pemakaian
topeng, sedangkan untuktokoh satria dan wanita tidak mengenakan topeng.
Dalam pementasan Wayang Orang
Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan topeng separuh muka sehingga dapat
berdialog secara leluasa tanpa mengangkat topeng. Lain halnya dengan pementasan
ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng dengan cara agak direnggangkan
sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan antar wacananya.Pada topeng gaya
Yogyakarta kumis dibuat dengan cara menyungging warna hitam.
3.Topeng Surakarta
Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan padakumisnya
yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga mengenakan
topengseparuh muka seperti gaya Yogyakarta.
4.Topeng Bali
Di Bali topeng juga adalah
suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng dengancerita yang
bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.
Dalam membawakan peran-peran
yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan(yang menutup seluruh muka
penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian
dahi dan hidung). Semuatokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu
berdialog langsung, sedangkan semuatokoh yang memakai topeng sibakan memakai
dialog berbahasa kawi dan Bali.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat
dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua),
Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem
dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali
adalah:
1. Topeng Pajeganyang ditarikan
oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugasyang terdapat didalam
lakon yang dibawakan.
2. Topeng Sidakarya Di dalam
topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yaknitopeng Sidakarya. Oleh
karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacarakeagamaan, maka
topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masihada
hampir diseluruh Bali
3.
Topeng Pancayang dimainkan
oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan
yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,
4. Topeng Prembon yang
menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramattari Topeng Panca dan
beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukantopeng yang
masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk
menyajikan humor-humor yang segar.
Nama Arja di duga berasal dari
kata Reja (bahasa sansekerta) yang berarti keindahan. Arja adalah semacam opera khas Bali,
merupakan sebuah dramatari yang dialognyaditembangkan secara macapat.
Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang sangat digemari di kalangan
masyarakat.
Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820an, pada masa pemerintahan raja Klungkung I
Dewa Agung Sakti. Tiga fase penting dalam perkembangan Arja adalah:
• munculnya Arja Doyong (Arja
tanpa iringan gamelan, dimainkan oleh satu orang).
• Arja Gaguntangan (yang
memakai gamelan Gaguntangan dengan jumlah pelaku lebih dari
satu orang).
• Arja Gede ( yang dibawakan
oleh antara 10 sampai 15 pelaku dengan stru
ktur pertunjukanyang sudah baku
seperti yang ada sekarang).
Sumber lakon Arja yang utama
adalah cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah ceritaseperti
Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made
Umbara,Cilinaya dan Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.
Arja juga menampilkan
lakon-lakon dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai,
Basurdan Cupak Grantang serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita
Mahabharata danRamayana. Lakon apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan
tokoh-tokoh utama yangmeliputi Inya, Galuh, Desak (Desak Rai), Limbur, Liku,
Panasar, Mantri Manis, Mantri Buduhdan dua pasang punakawan atau Panasar kakak
beradik yang masing - masing terdiri dariPunta dan Kartala. Hampir semua daerah
di Bali masih memiliki grup-grup Arja yang masihaktif.
Menjelang berakhirnya abad XX
lahir Arja Muani, pemainnya semua pria, sebagianmemerankan wanita. Arja ini
disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat karena,menghadirkan komedi segar.
Tari Topeng Bali mempunyai ciri tarian tersendiri. Dengan iringan irama gamelan yang khas mempertunjukkan drama tari namun tidak mengangkat kisah-kisah dalam pewayangan. Wujud tarian dapat dibagi dalam bentuk 2 jenis, yaitu :
1. Topeng Pajegan – penarinya hanya satu orang namun dalam
pementasan membawakan berbagai macam topeng yang secara berturut-turut
dipakai/diganti diatas pentas dan menari sesuai dengan karakter topeng yang
sedang dipakai.
2. Topeng Panca – tari ini merupakan pengembangan dari tari
Topeng Pajegan dengan penambahan pemain menjadi 5 orang
TARI TOPENG BETAWI adalah salah satu
tarian adat masyarakat betawi di Jakarta yang
menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan antara
seni tari, music, dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari
menari dengan di iringi suara music dan nyanyian. Tari Topeng Betawi lebih
bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.
Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara
berkeliling oleh para seniman. Mereka biasanya di undang sebagai pengisi hiburan dalam acara seperti pesta pernikahan,
khitanan, dan lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat betawi, tarian ini bisa
menjauhkan dari mara petaka. Namun seiring dengan perubahan jaman, kepercayaan
itu mulai luntur dan menjadikan tarian ini hanya hiburan dalam acara saja.
Namun walaupun kepercayaan itu mulai hilang, tarian ini tetap di adakan untuk memeriahkan
pesta atau acara adat.
0 comments:
Posting Komentar