Kamis, 12 Desember 2019

DARI MANA FILSAFAT TARI TOPENG CIREBON ITU DAPAT DI PASTIKAN?


DARI MANA FILSAFAT TARI TOPENG CIREBON ITU DAPAT DIPASTIKAN?

        Tentu saja dari serpihan-serpihan tarian yang sekarang ada dandipadukan dengan konteks budaya munculnya tarian tersebut. Konteks budayaTopeng Cirebon tentu tidak dapat dikembalikan pada budaya Cirebon sendiriyang sekarang. Untuk itu diperlukan penelusuran historis terhadapnya.

SIAPAKAH EMPU PENCIPTA TARIAN INI?
            Sampai kiamat pun kita tak akan mengetahuinya, lantaran masyarakatIndonesia lama tidak akrab dengan budaya tulis. Meskipun budaya tulisdikenal di Keraton-keraton Indonesia, tetapi tidak terdapat kebiasaan mencatat pencipta-pencipta kesenian, kecuali dalam beberapa karya sastranya saja.



DI ZAMAN MANA?
          Kalau pencipta tidak dikenal, sekurang-kurangnya di zaman mana Topeng Cirebon ini telah ada? Kepastian tentang ini tidak ada. Namun adadugaan bahwa di zaman Raja Majapahit, Hayam Wuruk, tarian ini sudahdikenal. Dalam Negarakertagama dan Pararaton dikisahkan raja ini menaritopeng (kedok) yang terbuat dari emas. Hayam Wuruk menarikan topeng emas(atapel, anapuk) di lingkungan kaum perempuan istana Majapahit. Jadi Taritopeng Cirebon ini semula hanya ditarikan para raja dengan penonton perempuan (istri-istri raja, adik-adik perempuan raja, ipar-ipar perempuan raja,ibu mertua raja, ibunda raja).
Dengan demikian dapat diduga bahwa Topeng Cirebon ini sudah populer di zaman Majapahit antara tahun 1300 sampai 1400 tarikh Masehi.Mencari dasar filosofi tarian ini harus dikembalikan pada sistem kepercayaanHindu-Budha-Jawa zaman Majapahit. Tetapi mengapa sampai di KeratonCirebon? Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit (1525), tarian ini rupanyadihidupkan oleh Sultan-sultan Demak yang mungkin mengagumi tarian iniatau memang dibutuhkan dalam kerangka konsep kekuasaan yang tetapspiritual. Dalam babad dikisahkan bahwa Raden Patah menari Klana di kakiGunung Lawu di hadapan Raja Majapahit, Brawijaya. Ini justru membuktikan bahwa Topeng Cirebon erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa.Bahwa hanya Raja yang berkuasa dapat menarikan topeng ini, ditunjukkanoleh babad, yang berarti kekuasaan atas Jawa telah beralih kepada RadenPatah, dan Raja Majapahit hanya sebagai penonton.
Dari Demak tarian ini terbawa bersama penyebaran pengaruh politik Demak. Demak yang pesisir ini memperluas pengaruh kekuasaan danIslamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, yang ke arah barat sampai diKeraton Cirebon dan Keraton Banten. Inilah sebabnya berita-berita Belandamenyebutkan keberadaan tarian in di Istana Banten. Banten dan Cirebon,sedikit banyak membawa kebudayaan Jawa-Demak, terbukti dari penggunaan bahasa Jawa lamanya. Sedangkan Demak sendiri dilanjutkan oleh Pajang yang berada di pedalaman, kemudian digantikan oleh Mataram yang juga di pedalaman.
Topeng Majapahit ini, dengan demikian, hanya hidup di daerah pesisir Jawa Barat, sedangkan di Jawa pedalaman topeng tidak hidup kecuali bentuk dramatik lakon Panjinya. Kalau topeng tetap hidup dalam fungsi ritualnya,tentunya juga berkembang di kerajaan-kerajaan Islam Jawa pedalaman.Rupanya topeng dipelihara di Jawa Barat karena pesona seninya. Topengsangat puitik dan kurang mengacu pada mitologi Panji yang hinduistik.Topeng lebih dilihat sebagai simbol yang mengacu pada realitas transenden.Inilah sebabnya sultan-sultan di Jawa Barat yang kuat Islamnya masihmemelihara kesenian ini.
Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkansistem kepercayaan Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Pahamkepercayaan asli, di mana pun di Indonesia, dalam hal penciptaan, adalahemanasi. Paham emanasi ini diperkaya dengan kepercayaan Hindu dan Budha.Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan ciptaan, karena ciptaanadalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.

SIAPAKAH SANG HYANG TUNGGAL ITU?
         Dia adalah ketidak-berbedaan. Dalam diriNya adalah ketunggalanmutlak. Sedangkan semesta ini adalah keberbedaan. Semesta itu suatu aneka,keberagaman. Dan keanekan itu terdiri dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan tetapi saling melengkapi. Pemahaman ini umum di seluruhIndonesia purba, bahkan di Asia Tenggara dan Pasifik. Dan filsuf-filsuf Yunani pra-Sokrates, filsuf-filsuf alam, juga mengenal pemahaman ini. Bolehdikatakan, pandangan bahwa segala sesuatu ini terdiri dari pasangan kembar yang saling bertentangan tetapi merupakan pasangan, adalah universalmanusia purba.
Sang Hyang Tunggal Indonesia purba ini mengandung semua sifatciptaan. Karena semua sifat yang dikenal manusia itu saling bertentangan,maka dalam diri Sang Hyang Tunggal semua pasangan oposisi kembar tadihadir dalam keseimbangan yang sempurna. Sifat-sifat positif melebur jadi satudengan sifat-sifat negatif. Akibatnya semua sifat-sifat yang dikenal manusia berada secara seimbang dalam diriNya sehingga Sifat itu tidak dikenalmanusia alias Kosong mutlak. Paradoksnya justru Kosong itu Kepenuhansejati karena Dia mengandung semua sifat yang ada. Kosong itu Penuh, Penuhitu Kosong, itulah Sang Hyang Tunggal itu. Di dalamNya tiak ada perbedaan, tunggal mutlak. Di Cina purba, Sang Hyang Tunggal ini disebut Tao.
Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang HyangTunggal ini memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan danlaut. Dalam tarian ini digambarkan lewat tari Panji, yakni tarian yang pertama.Tarian Panji ini merupakan masterpiece rangkaian lima tarian topeng Cirebon.Tarian Panji justru merupakan klimaks pertunjukan. Itulah peristiwatransformasi Sang Hyang Tunggal menjadi semesta. Dari yang tunggal belahmenjadi yang aneka dalam pasangan-pasangan.
Inilah sebabnya kedok Panji tak dapat kita kenali secara pasti apakahitu perwujudan lelaki atau perempuan. Apakah gerak-geriknya lelaki atau perempuan. Kedoknya sama sekali putih bersih tanpa hiasan, itulah Kosong.Gerak-gerak tariannya amat minim, namun iringan gamelannya gemuruh.Itulah wujud paradoks antara gerak dan diam. Tarian Panji sepenuhnya sebuah paradoks. Inilah kegeniusan para empu purba itu, bagaimana menghadirkanHyang Tunggal dalam transformasinya menjadi aneka, dari ketidakberbedaanmenjadi perbedaan-perbedaan. Itulah puncak topeng Cirebon, yang lainhanyalah terjemahan dari proses pembedaan itu.
Empat tarian sisanya adalah perwujudan emanasi dari Hyang Tunggaltadi. Sang Hyang Tunggal membagi diriNya ke dalam dua pasangan yangsaling bertentangan, yakni “Pamindo-Rumyang”, dan “Patih-Klana”. Inilahsebabnya kedok “Pamindo-Rumyang” berwarna cerah, sedangkan “Patih-Klana” berwarna gelap (merah tua).
Gerak tari “Pamindo-Rumyang” halus keperempuan-perempuanan,sedangkan Patih-Klana gagah kelaki-lakian. Pamindo-Rumyangmenggambarkan pihak “dalam” (istri dan adik ipar Panji) dan Patih-Klanamenggambarkan pihak “luar”. Terang dapat berarti siang, gelap dapat berartimalam. Matahari dan bulan. Tetapi harus diingat bahwa semuanya itu adalahPanji sendiri, yang membelah dirinya menjadi dua pasangan saling bertentangan sifat-sifatnya. Inilah sebabnya keempat tarian setelah Panjimengandung unsur-unsur tarian Panji. Untuk hal ini orang-orang tari tentulebih fasih menjelaskannya.

            Topeng Panji menyimbolkan peristiwa besar universal, yakniterciptanya alam semesta beserta manusia ini pada awal mulanya. TopengPanjing atau topeng Cirebon ini mengulangi peristiwa primordial umatmanusia, bagaimana “penciptaan” terjadi. Tidak mengherankan kalau dizaman dahulu hanya ditarikan oleh para raja. Raja mewakili kehadiran SangHyang Tunggal itu sendiri, karena dalam paham kekuasaan Jawa, Raja adalahDewa itu sendiri, yang dikenal dengan paham dewa-Raja.
Topeng Cirebon adalah gambaran sangat puitik tentang hadirnya alamsemesta serta umat manusia. Sang Hyang Tunggal yang merupakanketunggalan mutlak tanpa pembedaan, berubah menjadi keanekaan relatif yang sangat berbeda-beda sifatnya. Tari Panji adalah tarian Sang HyangTunggal itu sendiri, dan tarian-tarian lainnya yang empat adalah perwujudandari emanasi diriNya menjadi pasangan-pasangan sifat yang saling bertentangan.
Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini samasekali bukan tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lamadisebutkan, bahwa raja menarikan Panji dalam ruang terbatas yang disaksikansaudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan topeng ini diperlukan laku puasa, pantang, semedi, yang sampai sekarang ini masih dipatuhi oleh paradalang topeng di daerah Cirebon.
Tarian juga harus didahului oleh persediaan sajian. Dan sajian itu bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalahlambang-lambang dualisme dan pengesaan. Inilah sebabnya dalam sajiansering dijumpai bedak, sisir, cermin yang merupakan lambang perempuan,didampingi oleh cerutu atau rokok sebagai lambang lelaki. Bubur merahlambang dunia manusia, bubur putih lambang Dunia Atas. Cowek batu yangkasar sebagai lambang lelaki, dan uleg dari kayu yang halus sebagai lambang perempuan. Pisang lambang lelaki, buah jambu lambang perempuan. Air kopilambang Dunia Bawah, air putih lambang Dunia Atas, air teh lambang DuniaTengah. Sesajian adalah lambang keanekaan yang ditunggalkan.


0 comments:

Posting Komentar