Tari
Topeng Cirebon gaya Gujeg
Tari Topeng Cirebon gaya Gujeg tersebar disekitar desa Gujeg, kecamatan Panguragan, kabupaten
Cirebon.
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Gujeg
Gaya Gujeg
sangat memprihantinkan, dikarenakan sepeninggal dalang Noglo, di wilayah desa
Gujeg sudah tidak terdengar lagi
adanya dalang topeng penerusnya lahir.
Tari
Topeng Cirebon gaya Kalianyar
Tari Topeng Cirebon gaya Kalianyar sama seperti gaya Gujeg yang berada di dalam
wilayah kecamatan Panguragan, gaya Kalianyar terpusat disekitar desa Kalianyar, wilayah pusat penyebaran gaya Kalianyar ini hanya
dipisahkan oleh kali Winong disebelah timur dengan desa Gujeg dan hanya beberapa kilometer ke selatan dari wilayah
ini sudah dapat ditemui gaya Slangit di desa Slangit dan gaya Kreyo di desa Kreyo
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Kalianyar
Di wilayah Kalianyar terdapat beberapa dalang tari Topeng,
di antaranya dalang Sutini yang sudah pensiun karena faktor usia dan dalang
Kasniri yang masih aktif.
Tari
Topeng Cirebon gaya Kreyo
Tari Topeng Cirebon gaya Kreyo terpusat di desa Kreyo, kecamatan Klangenan, kabupaten
Cirebon yang hanya terpisahkan
dengan desa Slangit disebelah timur oleh ruas jalan antar kecamatan yang
menghubungkan kecamatan Klangenan dengan kecamatan Panguragan
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Kreyo
Pada masa jayanya, gaya Kreyo memiliki seorang dalang tari
Topeng yang terkenal, dia bernama Tarmi atau biasa dikenal dengan nama dalang
Tarmi, sekarang yang ada hanyalah dalang Tumus, tetapi dia lebih sering
menjadi nayaga (penabuh gamelan) kelompok tari Topeng Cirebon
milik dalang Keni Arja (seorang maestro Topeng Cirebon gaya Slangit) sebagai
penabuh saron penimbal.
Tari
Topeng Cirebon gaya Losarang
Tari Topeng
Cirebon gaya Losarang memiliki daerah penyebaran inti di kecamatan Losarang,Kabupaten Indramayu
Tari
Topeng Cirebon gaya Losari
Tari Topeng Cirebon gaya Losari memiliki daerah penyebaran di sekitar kecamatan
Losari, kabupaten Cirebon dan kecamatan
Losari, kabupaten Brebes, menurut
maestro tari Topeng Cirebon Irawati Ardjo, lokasi Losari yang berbatasan dengan
wilayah Jawa Tengah membuat
tari Topeng Cirebon gaya Losari banyak dipengaruhi elemen-elemen budaya jawa,
keterangan serupa juga diberikan oleh Dr. Een Herdiani dari Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Bandung, menurut dia perbedaan yang menjadi ciri khas tari
Topeng Cirebon gaya Losari ada pada musik pengiringnya, gerakan tari dan
pakaian penarinya
Pakaian
penari
Pada kebanyakan penari Topeng Cirebon terutama yang
mendalami gaya-gaya tari Topeng Cirebon dari wilayah barat seperti gaya
Slangit, maka akan ditemukan pakaian penarinya menggunakan kain batik khas
cirebon motif mega mendung, hal ini berbeda dengan pakaian para penari Topeng
Cirebon gaya Losari yang menggunakan kain batik motif parang yang
merupakan motif khas batik dari budaya jawa.
Musik
pengiring
Musik pengiring pada gaya Losari menggunakan gamelan yang
dipengaruhi oleh budaya jawa. Pada saat tampil menari, penari Topeng Cirebon
gaya Losari menjadikan kotak topeng dan para nayaga (penabuh
gamelan) sebagai sebuah pusat pertunjukan, oleh karenanya banyak kelompok tari
Topeng Cirebon gaya Losari yang menjaga harga diri dan kesucian ritual
tariannya, beberapa kelompok tari Topeng Cirebon gaya Losari juga menolak jika
pertunjukannya harus diselingi dengan pertunjukan musik dangdut atau organ
tunggal sesuai dengan permintaan penonton. Berikut merupakan musik pengiring
dari pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Losari ;
·
Tetaluan (gagalan),
merupakan merupakan tabuhan gamelan yang dimainkan sebelum penari atau dalang
topeng muncul pada panggung tari.
·
Pamindo naek barlen.
·
Barlen, merupakan musik untuk
mengiringi pagelaran lakon Patih Jayabadra dan Kili Paduganata
·
Bendrong, merupakan musik untuk
mengiringi pagelaran lakon Jingga Anom dan Tumenggung Magangdiraja.
·
Ombak banyu, merupakan musik untuk
mengiringi pagelaran lakon Tumenggung Magangdiraja dari negeri Bawarna.
·
Gonjing pangebat, merupakan musik
untuk mengiringi pagelaran lakon Klana Bandopati
·
Rumyang, merupakan musik untuk
mengiringi pagelaran lakon Samba dalam babak rumyang.
Gerakan
tari
Pada gaya Losari, gerakan tidak hanya berpaku pada pola
geometris seperti yang biasa dilakukan pada kebanyakan gaya tari Topeng
Cirebon, tetapi juga menggunakan pola gerakan yang luwes. Gerakan yang menjadi
khas gaya Losari di antaranya adalah
·
gantung sikil yaitu gerakan menaikan satu kaki dan bertumpu pada
kaki lainnya dengan berjinjit selama kurang lebih sepuluh menit
·
geleyong yaitu gerakan badan didorong ke kiri dan ke kanan
dengan sesekali melenggokan badan ke belakang
·
naga seser yaitu gerakan kuda-kuda dimana kaki penari dibuka
setengah jongkok dengan kaki kiri yang ditutupi juntaian kain.
Babak tarian
Berbeda dengan kebanyakan tingkatan babak (alur
cerita) tari Topeng Cirebon dari wilayah barat yang memiliki lima tingkatan
yaitu ;
1.
Panji, menceritakan karakter manusia yang baru lahir
2.
Samba, menceritakan karakter anak-anak
3.
Rumyang, menceritakan karakter manusia yang bergejolak menuju
kedewasaan
4.
Tumenggung, menceritakan manusia yang sudah dewasa
5.
Klana, menceritakan manusia yang dursila (memiliki
emosi dan amarah jahat di dalam dirinya)
Pada gaya Losari, alur cerita atau urutan tari tidak
mengutamakan pada pembabakan cerita secara watak, tetapi lebih kepada teknik
dan penjiwaan karakternya. Ada delapan tingkatan alur cerita pada tari Topeng
Cirebon gaya Losari, yaitu ;
1.
Panji Sutrawinangun
2.
Patih Jayabadra
3.
Kili Paduganata
4.
Tumenggung Magangdiraja
5.
Jinggan Anom
6.
Klana Bandopati
7.
Rumyang
8.
Lakonan
Berbeda dengan gaya tari Topeng Cirebon dari wilayah barat
di mana kelima babaknya bisa dibawakan seluruhnya oleh seorang penari, pada
gaya Losari, setiap alur cerita atau babak dapat dibawakan
oleh penari yang berbeda-beda.
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Losari
Di dalam gaya Losari, dalang yang terkenal di antaranya
adalah almarhumah Sawitri dan Dewi dari sanggar tari Topeng Cirebon Purwa
Kecana, perjuangan melestarikan gaya Losari kemudian diteruskan kepada
keturunannya, di antaranya Taningsih, Nur Anani, Kartini, Srinarti, Warsono dan
Susana.
Sanggar
tari
Sanggar
Seni Purwa Kencana, jalan batu, desa Astana Langgar, kecamatan
Losari. kabupaten
Cirebon
Tari Topeng Cirebon gaya Randegan
Ki Rawita membawakan babak Rumyang Udeng pada
pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Randegan di acara Festival Topeng Nusantara
yang bertempat di keraton
Kasepuhan, kesultanan Kasepuhan, kota
Cirebon pada tahun 2006
'Tari
Topeng Cirebon gaya Randegan merupakan sebuah gaya tari Topeng Cirebon
yang berkembang di wilayah desa-desa Randegan kecamatan Jatitujuh, kabupaten Majalengka, menurut Ki Waryo (budayawan Cirebon) tari
Topeng Cirebon gaya Randegan leluhurnya berasal dari wilayah Cirebon sama
seperti tetangganya yaitu tari Topeng Cirebon gaya Beber yang leluhurnya juga
berasal dari wilayah Cirebon.
Babak tarian
·
Topeng Panji', merupakan
sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang halus
·
Topeng Samba, merupakan
sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sedang tumbuh
·
Topeng Temenggung,
merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sudah dewasa
·
Topeng Jinggananom +
Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari pertarungan antara jiwa yang
memiliki nafsu baik dan nafsu jahat
·
Topeng Klana, merupakan
sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi
·
Topeng Rumyang Udeng,
merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang sudah melepaskan nafsu
duniawinya dan menjadi manusia yang harum, berbeda dengan gaya tetangganya
yaitu tari Topeng Cirebon gaya Beber yang menggunakan penutup kepala khas
dalang Topeng Cirebon (bahasa
Cirebon: Sobra), pada gaya Randegan, babak
Rumyang dipentaskan dengan tidak menggunakan Sobra namun
hanya menggunakan Udeng
Babak
Rumyang pada tari Topeng Cirebon
gaya Randegan dipentaskan di akhir pagelaran, menurut Ki Pandi
Surono (budayawan Cirebon sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Beber)
yang seacara adat bersebelahan dengan gaya Randegan, pada masa lalu pagelaran
tari Topeng Cirebon terutama gaya Beber dilakukan pada malam
hari dan babak Rumyang dipentaskan mendekati terbitnya
matahari saat sinar matahari terlihat samar-samar (bahasa
Cirebon: ramyang-ramyang) dari
kata ramyang inilah kemudian babak ini
dinamakan.
Penjelasan
lebih lanjut tentang filosofi babak rumyang yang dipentaskan
diahkhir setelah babak Topeng Klana yang merupakan proyeksi
dari jiwa yang penuh nafsu dan emosi dijelaskan oleh Ki Waryo
(budayawan Cirebon sekaligus dalang Wayang Kulit Cirebon gaya Kidulan (Palimanan) dan seorang ahli pembuat
Topeng Cirebon) putera dari Ki Empek. Ki Waryo
menjelaskan bahwa filosofi dari Rumyang terkait dengan sebuah
proyeksi jiwa manusia yang sudah meninggalkan nafsu duniawinya dan menjadi
manusia yang utuh (manusia harum) karena sudah tidak terbelenggu lagi dengan
nafsu duniawi. Rumyang diartikan kedalam dua buah kata
yaitu arum (bahasa
Indonesia: harum) dan yang (bahasa
Indonesia: manusia / orang) sehingga Rumyang diartikan
secara harafiah menjadi manusia yang harum
Ki Rawita (maestro tari Topeng Cirebon gaya Randegan)
menjelaskan bahwa sesungguhnya babak Rumyang pada gaya
Randegan dipentaskan dengan tidak mengenakan sobra namun
mengenakan Udeng khas gaya Randegan yang kemudian dia tunjukan
pada pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Randegan di acara Festival Topeng
Nusantara pada tahun 2006 yang bertempat di keraton
Kasepuhan, kesultanan Kasepuhan, kota
Cirebon.
Dalang
tari Topeng Cirebon gaya Randegan
Ki Rawita merupakan seorang
maestro tari Topeng Cirebon gaya Randegan yang terkenal terutama pada
pementasan babak Rumyang Udeng di acara Festival Topeng
Nusantara pada tahun 2006 yang bertempat di keraton
Kasepuhan, kesultanan Kasepuhan, kota
Cirebon.
0 comments:
Posting Komentar