Kamis, 16 Januari 2020

7 Tarian Tradisional Dari Jawa Timur


7 Tarian Tradisional Dari Jawa Timur:

1. Tari Reog Ponorogo

Tari Reog diterima dari Ponorogo, Jawa Timur. Biasa dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8 wanita. Tarian ini melewati beberapa sesi, jadi memiliki durasi yang terbilang panjang. Tapi kalau kamu suka dengan senior, tidak akan bosen dehihat.
Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari pujaan kemenangan, perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong. Sampai akhirnya bertemulah dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Kediri. Namun, ia akan menerima cintanya jika Sang Prabu berhasil menciptakan kesenian.
Disinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk mengisikan tarian yang diciptakannya.
Terciptalah 5 komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu:
a. Prabu Kelono Sewandono
b. Patih Bujangganong
c. Jathil
d. Warok
e. Pembarong
Saya kagum dengan tarian ini, karena ada sesi di mana penari menggunakan topeng seperti barongsai tentang sebagian besar, topeng berat itu sekitar 50 kg. Kerennya, penari memegang topeng sebesar itu dengan giginya. Bayangkan saja, bagaimana memulihkan para penari itu bisa menahan berat 50 kg dengan giginya?
Topeng yang digunakan pun tidak murah, cara pembuatannya membutuhkan waktu yang tidak pendek. Pengrajin Topeng reog pun bukan cuman belajar 5 -12 bulan. rata-rata mereka menghabiskan 7-10 tahun untuk belajar membuat topeng ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang menari ini, malah menghabiskan waktu lebih lama, karena setiap sesi penari akan diganti dengan menari yang berbeda. Seperti novel saja. Ada kata pengantar, pembukaan, isi cerita, penutup dan prolog.
Tidak aneh, menari ini sangat diminati oleh wisatawan asing. Kita harus bangga punya budaya beraneka ragam.

2. Tari Gandrung Banyuwangi

Tarian tradisional selanjutnya bernama Tari Gandrung Banyuwangi berasal dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan panggilan Sri, di mana pada zaman itu Dewi Sri menganggap Dewi Padi yang dapat memberi kesuburan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tarian ini juga satu genre dengan tari Ketuk Tilu. Menurut sejarah, menari ini muncul pada saat dibangunnya ibu kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman menulis tentang makalah tentang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain musiknya.
Cerita itu menjadi cerita rakyat yang dibawa turun-temurun. Hingga akhirnya terciptalah Tari Gandrung Banyuwangi, saat itu masyarakat yang menikmatinya akan memberi beberapa barang seperti beras, makanan atau barang lain sebagai ketidakseimbangan.
Kostum yang digunakan adalah baju dari beludru, disertai atributnya. Di bagian kepala, menggunakan mahkota yang ditunjuk omprok, untuk bagian yang diminta menggunakan batik samping. Dan musik pengiringnya adalah kempul atau gong.

3. Tari Wayang Topeng

Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun sama. Kota Malang adalah asal muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak diherankan lagi disebut tari wayang, hal ini karena penari menggunakan pakaian seperti wayang kulit.
Dulunya tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual saja.
Topeng disini dilambangkan sebagai rasa apresiasi pada wajah nenek moyang. Dimana saat itu Topeng memiliki arti melindungi roh leluhur. Tidak heran, jika hanya sedikit bernuasana mistik.
Sejarah singkatnya tari wayang topeng digunakan saat agama Islam memasuki wilayah Jawa, dan tarian ini dibuat salah satu trik untuk mengambil hati orang Jawa yang saat itu agama Hindu masih kental.
Ternyata beda dengan Tari Topeng asal Jawa Barat yang menggunakan latar belakang sejarah wayang golek. Tari Topeng Jawa Timur ini mengisahkan cerita Ramayana dan Panji.
Musik pengiring yang digunakan adalah bonang, gong, gamelan dan kendang.

4. Tari Jaranan Buto

Tarian traidisional berikut berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata 'buto' mengandung arti raksasa. Jadi, tari jaranan buto mengandung arti kuda lumping raksasa.
Tarian ini biasanya dimainkan oleh 16-20 orang. Hanya saja, menari ini pun hampir musnah, biasanya menari ini dipentaskan kompilasi ada acara khinatan dan pernikahan. Penarinya pun rata-rata laki-laki.
Dapat dilihat pada gambar, mereka bermuatan tebal dan sangat menyeramkan. Konon katanya karena Jaranan Buto diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.
Gerakannya kadang ekstrim, ada akting bertengkar. Hati-hatilah kamu ketika ingin ikut menari ini, tidak aneh jika di akhir acara salah satu pemain akan kesurupan.
Musik yang digunakan adalah kendang, gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.

5. Tari Remo

Tarian tradisional selanjutnya adalah Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu tarian untuk menyambut tamu agung.
Tarian ini dibuat oleh pengamen saat tempo dulu. Pada masa itu, memang hampir semua orang diharuskan untuk bisa menari. Sebenarnya pengamen pun bisa dimulai.
Dapat menari ini ditarikan oleh laki-laki, namun seiring dengan zaman menari ini dapat dilakukan oleh perempuan hingga dimunculkan nama tari Tari Remo Putri. Dulunya, menari ini sebagai pembuka pertunjukan ludruk. Seiring dengan waktu menari ini dipentaskan setiap ada pertunjukan kesenian.
Busana yang digunakan pun berbeda-beda yaitu Busana gaya Surabayan, gaya malangan, putri remo, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.

6. Tari Glipang

Pertama kali saya melihat tradisional ini, yang dilihat adalah pakaian. Karena pakaian yang digunakan seperti pakaian untuk laki-laki, dan alat musik yang ditabuh seperti yang digunakan di negara Arab.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh laki-laki. Sementara membaca yang saya lihat ditarikan oleh perempuan. Ternyata menari ini membahas tentang prilaku para penjajah saat itu.
Nama Glipang itu sendiri berawal dari kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan.
Sejarah singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno, saat ia bekerja sebagai mandor penebang tebu di perusahaan milik Belanda. Karena sikap Belanda yang sewenang-wenang membuat ia berhenti bekerja. Ia pun berinisiatif membuat tarian yang menggambarkan sejarah kehidupannya.
Jika dilihat dari gerakannya, ia seperti berada dalam posisi kuda-kuda seakan mau menyerang, gerakan yang tampak gagah perkasa mencirikan koloneal Belanda yang ingin terlihat tinggi. Kesan kakunya menandakan emosi. Sementara beberapa gerakan, di mana tangan memegang pinggang, bila diartikan dalam kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut sangat tidak sopan.
Namun seiring dengan zaman, menari ini sedikit dipoles untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat itu bertentangan dengan prajurit yang melawan para penjajah

7. Tari Beskalan

Tarian ini berasal dari Malang, Jawa Timur. Beskalan diambil dari kata 'bakalan'. Tarian ini sangat tua, diperkirakan salah sudah diperbarui.
Saat dilihat dari gerakan menarinya, menari ini menampilkan keanggunan seorang wanita, wanita yang feminim, lincah dan dinamis.
Jika kamu tidak peka dengan jenis tarian, mungkin kamu akan mengira ini adalah tari Jaipong. Karena memang mirip sekali. Tapi hal ini bisa dibedakan dari bahasa Sindennya.
Pakaian yang digunakan adalah Wedokan, semyok, kulai kepala (sanggul), slendang, dan atribut lainnya.
Alat musik pengiringnya adalah kendang, jidor, sinden dan lain-lain.


0 comments:

Posting Komentar