7 Tarian Tradisional Dari Jawa Timur:
1.
Tari Reog Ponorogo
Tari Reog diterima
dari Ponorogo, Jawa Timur. Biasa dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8
wanita. Tarian ini melewati beberapa sesi, jadi memiliki durasi yang
terbilang panjang. Tapi kalau kamu suka dengan senior, tidak akan bosen
dehihat.
Menurut sejarah,
tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari
pujaan kemenangan, perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu
Bujangganong. Sampai akhirnya bertemulah dengan Dewi Sanggalangit seorang
putri Kediri. Namun, ia akan menerima cintanya jika Sang Prabu berhasil
menciptakan kesenian.
Disinilah mulai
terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang
Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk mengisikan
tarian yang diciptakannya.
Terciptalah 5
komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu:
a. Prabu
Kelono Sewandono
b. Patih
Bujangganong
c. Jathil
d. Warok
e. Pembarong
Saya kagum dengan
tarian ini, karena ada sesi di mana penari menggunakan topeng seperti barongsai
tentang sebagian besar, topeng berat itu sekitar 50 kg. Kerennya, penari
memegang topeng sebesar itu dengan giginya. Bayangkan saja, bagaimana
memulihkan para penari itu bisa menahan berat 50 kg dengan giginya?
Topeng yang
digunakan pun tidak murah, cara pembuatannya membutuhkan waktu yang tidak
pendek. Pengrajin Topeng reog pun bukan cuman belajar 5 -12
bulan. rata-rata mereka menghabiskan 7-10 tahun untuk belajar membuat
topeng ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang menari ini, malah
menghabiskan waktu lebih lama, karena setiap sesi penari akan diganti dengan
menari yang berbeda. Seperti novel saja. Ada
kata pengantar, pembukaan, isi cerita, penutup dan prolog.
Tidak aneh, menari
ini sangat diminati oleh wisatawan asing. Kita harus bangga punya budaya
beraneka ragam.
2.
Tari Gandrung Banyuwangi
Tarian tradisional
selanjutnya bernama Tari Gandrung Banyuwangi berasal dari Banyuwangi, kata
gandrung melambangan panggilan Sri, di mana pada zaman itu Dewi Sri menganggap
Dewi Padi yang dapat memberi kesuburan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tarian ini juga
satu genre dengan tari Ketuk Tilu. Menurut sejarah, menari ini muncul pada
saat dibangunnya ibu kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman
menulis tentang makalah tentang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa
pemain musiknya.
Cerita itu menjadi
cerita rakyat yang dibawa turun-temurun. Hingga akhirnya terciptalah Tari
Gandrung Banyuwangi, saat itu masyarakat yang menikmatinya akan memberi
beberapa barang seperti beras, makanan atau barang lain sebagai ketidakseimbangan.
Kostum yang
digunakan adalah baju dari beludru, disertai atributnya. Di bagian kepala,
menggunakan mahkota yang ditunjuk omprok, untuk bagian yang diminta menggunakan
batik samping. Dan musik pengiringnya adalah kempul atau gong.
3.
Tari Wayang Topeng
Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun
sama. Kota Malang adalah asal muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak
diherankan lagi disebut tari wayang, hal ini karena
penari menggunakan pakaian seperti wayang kulit.
Dulunya tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual
saja.
Topeng disini
dilambangkan sebagai rasa apresiasi pada wajah nenek moyang. Dimana saat
itu Topeng memiliki arti melindungi roh leluhur. Tidak heran, jika hanya
sedikit bernuasana mistik.
Sejarah singkatnya
tari wayang topeng digunakan saat agama Islam memasuki wilayah Jawa, dan tarian
ini dibuat salah satu trik untuk mengambil hati orang Jawa yang saat itu agama
Hindu masih kental.
Ternyata beda
dengan Tari Topeng asal Jawa Barat yang menggunakan latar belakang sejarah
wayang golek. Tari Topeng Jawa Timur ini mengisahkan cerita Ramayana dan
Panji.
Musik pengiring
yang digunakan adalah bonang, gong, gamelan dan kendang.
4.
Tari Jaranan Buto
Tarian
traidisional berikut berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata 'buto'
mengandung arti raksasa. Jadi, tari jaranan buto mengandung arti kuda
lumping raksasa.
Tarian ini
biasanya dimainkan oleh 16-20 orang. Hanya saja, menari ini pun hampir
musnah, biasanya menari ini dipentaskan kompilasi ada acara khinatan dan
pernikahan. Penarinya pun rata-rata laki-laki.
Dapat dilihat pada
gambar, mereka bermuatan tebal dan sangat menyeramkan. Konon katanya karena
Jaranan Buto diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah
raksasa.
Gerakannya kadang
ekstrim, ada akting bertengkar. Hati-hatilah kamu ketika ingin ikut menari
ini, tidak aneh jika di akhir acara salah satu pemain akan kesurupan.
Musik yang digunakan
adalah kendang, gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.
5.
Tari Remo
Tarian tradisional
selanjutnya adalah Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu
tarian untuk menyambut tamu agung.
Tarian ini dibuat
oleh pengamen saat tempo dulu. Pada masa itu, memang hampir semua orang
diharuskan untuk bisa menari. Sebenarnya pengamen pun bisa dimulai.
Dapat menari ini
ditarikan oleh laki-laki, namun seiring dengan zaman menari ini dapat dilakukan
oleh perempuan hingga dimunculkan nama tari Tari Remo Putri. Dulunya,
menari ini sebagai pembuka pertunjukan ludruk. Seiring dengan waktu menari
ini dipentaskan setiap ada pertunjukan kesenian.
Busana yang digunakan pun berbeda-beda yaitu Busana gaya
Surabayan, gaya malangan, putri remo, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.
6.
Tari Glipang
Pertama kali saya
melihat tradisional ini, yang dilihat adalah pakaian. Karena pakaian yang
digunakan seperti pakaian untuk laki-laki, dan alat musik yang ditabuh seperti
yang digunakan di negara Arab.
Tarian ini
biasanya ditarikan oleh laki-laki. Sementara membaca yang saya lihat
ditarikan oleh perempuan. Ternyata menari ini membahas tentang prilaku
para penjajah saat itu.
Nama Glipang itu
sendiri berawal dari kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya
kebiasaan.
Sejarah singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno,
saat ia bekerja sebagai mandor penebang tebu di perusahaan milik
Belanda. Karena sikap Belanda yang sewenang-wenang membuat ia berhenti
bekerja. Ia pun berinisiatif membuat tarian yang menggambarkan sejarah kehidupannya.
Jika dilihat dari
gerakannya, ia seperti berada dalam posisi kuda-kuda seakan mau menyerang,
gerakan yang tampak gagah perkasa mencirikan koloneal Belanda yang ingin
terlihat tinggi. Kesan kakunya menandakan emosi. Sementara beberapa
gerakan, di mana tangan memegang pinggang, bila diartikan dalam kehidupan
sehari-hari, gerakan tersebut sangat tidak sopan.
Namun seiring dengan zaman, menari ini sedikit dipoles
untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat
itu bertentangan dengan prajurit yang melawan para penjajah
7.
Tari Beskalan
Tarian ini berasal
dari Malang, Jawa Timur. Beskalan diambil dari kata 'bakalan'. Tarian
ini sangat tua, diperkirakan salah sudah diperbarui.
Saat dilihat dari
gerakan menarinya, menari ini menampilkan keanggunan seorang wanita, wanita
yang feminim, lincah dan dinamis.
Jika kamu tidak
peka dengan jenis tarian, mungkin kamu akan mengira ini adalah tari
Jaipong. Karena memang mirip sekali. Tapi hal ini bisa dibedakan dari
bahasa Sindennya.
Pakaian yang
digunakan adalah Wedokan, semyok, kulai kepala (sanggul), slendang, dan atribut
lainnya.
Alat musik
pengiringnya adalah kendang, jidor, sinden dan lain-lain.
0 comments:
Posting Komentar