Rabu, 01 Januari 2020

Penjelasan Jenis Tari Topeng Panji



 Setiap daerah yang ada di negara kita tercinta Indonesia ini tentunya memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi kekayaan dari daerah tersebut dan juga menjadi kekayaan terhadap negara kita Indonesia ini secara umum.Salah satu jenis kekayaan yang bisa kita lihat adalah contoh budaya daerah yang tentunya berbeda dari daerah yang satu dengan daerah yang lainnya pula. Dan apabila kita berbicara mengenai budaya , tentunya kita juga akan membahas mengenai jenis tarian yang berasal dari darah tersebut, karena seperti yang sudah kita ketahui bersama, tarian ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari budaya tersebut.Pada postingan kali ini kita akan membahas mengenai contoh seni tari khususnya tari yang berasal dari daerah Cirebon, yakni tari topeng ( panji ).

Asal Usul Cerita Topeng Panji

 Seperti yang sudah kita kerahui bersama, topeng tidak hanya sekedar sebuah sifat yang menakutkan atau menyimpan banyak rahasia. Namun disamping itu sobat, topeng juag disajikan lewat sebuah karya seni tarian yang selalu menyimpan cerita mistis.

 Adapun tari topeng panji ini menggambarkan turunan dari kisah asrama Panji dan Dewi sekartaji yang pada umumnya berkembang di Jawa. Pada dasarnya Panji adalah sekumpulan cerita pada masa Hindu – Budha di Jawa tengah yang berkisar asrama panji Asmorobangun dengan Dewi Seakrtaji tersebut. itulah yang menjadi asal muasal dari tari topeng panji tersebut.

Makna Dibalik Topeng Panji

 Tarian Panji sebagai pahlawan budaya Jawa ini, memakai topeng atau kedok. Ini merupakan kesatuan dua konsep religi lama dan Hindu. Topeng Panji merupaklan symbol kehadiran roh raja atau dewa yang menjelma dalam diri raja, yang sesuai dengan mitos Panji yang selalu nyamar selama pengembaraan mencarai kekasihnya. Begitu pula dengan Candrakirana juga menyamar. “Samaran” ini adalah kedok atau topeng yang menyembunyikan identitas dirinya. Mereka kadang sudah bertemu, tetapi karena menyamar, maka keduanya tidak saling mengenal. Bahkan keduanya saling berperang (pasangan oposisi). Seperti matahari, dan bulan, siang dan malam, sulit untuk bertemu. Tetapi akhirnya matahari dan bulan ini bertemu juga, kawin dalam harmoni sempurna, yakni pada waktu terang bulan. Dalam terang bulan, dunia terang benderang seperti siang, tetapi bukan siang. Kenyataannya, terang bulan adalah perkawinan semesta purba. Dan peristiwa ini, dalam bahasa masyarakat kerajaan Majapahit, adalah peristiwa perkawinan panji dan Candrakirana.

 Tarian topeng Panji adalah tarian untuk menghadirkan kekuatan-kekuatan semesta yang paradoksal. Dengan tarian ini, maka asas-asas paradoks semesta, kelaki-lakian dan keperempuanan, dihadirkan. Dewa pencipta itu sendiri dihadirkan lewat mitos dan lambang Panji. Panji adalah paradoks itu sendiri. Ia bersifat laki-laki dan bersifat perempuan, ia matahari dan ia bulan, ia siang dan malam, ia langit dan tanah, ia kasar dan halus, ia nampak dan tidak nampak, ia hidup dan kematian, ia masa lampau dan masa mendatang. Waktu dan ruang paradoks ada dalam diri Dewa ini.

Tari topeng panji

 Tari topeng ini berkarakter halus. Ditampilkan pada kesempatan pertama. Menurut mereka, Panji berasal dari kata siji (satu, atau pertama), mapan sing siji (percaya kepada Yang Satu). Gerak tarinya senantiasa kecil dan lembut, minimalis dan lebih banyak diam. Kata Mutinah (dalang topeng asal Gegesik, Cirebon), menarikan topeng Panji itu kaya wong urip tapi mati, mati tapi urip. Ungkapan tersebut adalah untuk menjelaskan, bahwa topeng Panji itu memang tidak banyak gerak, seperti orang yang mati tapi hidup, hidup tapi mati.

 Koreografinya lebih banyak diam, dan inilah sebagai salah satu hal yang menyebabkan tari ini kurang disukai oleh penonton, terutama penonton awam. Tari ini diiringi oleh beberapa lagu yang terangkai menjadi satu struktur musik yang panjang dan sulit. Lagu pokoknya disebut Kembang Sungsang yang dilanjutkan dengan lagu lontang gede, oet-oetan, dan pamindo deder.

 Bagi kebanyakan dalang topeng Cirebon, topeng Panji menggambarkan manusia yang baru lahir. Gerakan tarinya senantiasa kecil, lembut, dan halus, minimalis, dan lebih banyak diam. Tarian ini digambarkan pula sebagai nafsu mutmainah, nafsu yang bersifat membimbing dan menyucikan serta menuntun salik.

  Jika melihat teksnya, tari topeng Panji mengandung unsur kontras atau paradoks, karena antara gerak dan musiknya berlawanan. Geraknya halus atau lembut, tetapi musiknya keras. Kekontrasan itu digambarkan sebagai seorang yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu dan tidak mudah tergoda oleh segala yang bersifat keduniawian. Ia adalah gambaran manusia marifat, manusia insan kamil, yang tindak-tanduknya tidak akan goyah sedikit pun ketika menghadapi berbagai macam cobaan. Dia tetap tenang dan tawakal. Manusia marifat selalu sadar, bahwa usik-malik serta nafasnya semua tergantung Allah. Pasrah dan ikhlas adalah ciri kehidupan orang tingkat marifat. Sedangkan unsur paradoks sebagai gambaran Dewa Syiwa yang di dalam agama Hindu diyakini sebagai dewa pencipta dan sekaligus juga pemusnah.

 Pada zaman kerajaan Majapahit, tari topeng Panji adalah tarian untuk menghadirkan kekuatan-kekuatan semesta yang paradoksal. Dengan tarian ini, maka asas-asas paradoks semesta, kelaki-lakian dan keperempuanan, dihadirkan. Dewa pencipta itu sendiri dihadirkan lewat mitos dan lambang Panji. Panji adalah paradoks itu sendiri. Ia bersifat laki-laki dan perempuan, ia matahari dan bulan, ia siang dan malam, ia hidup dan mati. Waktu dan ruang paradoks ada dalam diri dewa ini.

  Oleh karena itulah, cerita topeng Panji ini masih dinaggap mistis hingga sekarang ini. Gerakan tari topeng panji ini cenderung pelan dan lembut dan lebih banyak diam. Hal ini bertujuan untuk roh yang diundang agar masuk ke penarinya.


0 comments:

Posting Komentar